Kamis, 30 Mei 2013

Ekosistem Antartika Berusia 33 Juta Tahun


Penelitian terbaru mengungkapkan, ekosistem modern benua es Antartika berusia sekitar 33,6 juta tahun, dengan sistem yang berasal dari periode pembentukan awal lapisan es kutub.

Usia tersebut diketahui dengan meneliti fosil plankton yang ditemukan di lapisan sedimen Antartika, yang menunjukkan bagaimana plankton dalam jumlah besar mati saat hawa dingin melanda pada akhir periode Eosen dan awal periode Oligosen. 

Sebelum transisi periode tersebut, Bumi merupakan tempat yang jauh lebih hangat daripada saat ini, dan plankton dalam jumlah besar bahkan dapat hidup di kutub.


Penelitian tersebut, yang diterbitkan di jurnal “Science” pada April, berfokus terhadap plankton bersel satu yang dinamakan dinoflagelata, yang memiliki zat-zat penyusun tubuh yang dapat berubah menjadi fosil. Sebelum transisi periode Eosen-Oligosen sekitar 34 juta tahun yang lalu, dinoflagelata Antartika sangatlah beragam jenisnya. Namun saat lapisan es terbentuk, hanya plankton yang tahan terhadap suhu dingin dan siklus membeku-mencairnya es yang tersisa.

Lapisan es Antartika merupakan es yang mengapung di atas laut yang meleleh pada musim panas dan membeku pada musim dingin. Saat meleleh, plankton di Samudra Antartika yang mengelilingi Benua Antartika menjadi aktif dan mencari makanan dari lapisan es yang mencair. Dampaknya bersifat global, ujar peneliti Carlota Escutia dari Andalusian Institute of Earth Sciences di Spanyol.

“Fenomena ini memengaruhi dinamika produktivitas primer dunia,” ujar Escutia dalam sebuah pernyataan. Produktivitas primer merupakan dasar dari rantai makanan: organisme yang mampu melakukan proses fotosintesis seperti plankton menangkap sinar matahari dan nutrisi seperti besi dan nitrat, serta mengubahnya menjadi senyawa organik. 

Organisme yang lebih besar kemudian memakan plankton dan menggunakan senyawa tersebut sebagai sumber energi.

“Perubahan besar terjadi saat spesies-spesies plankton menyederhanakan bentuk tubuh mereka dan terpaksa harus beradaptasi dengan kondisi iklim yang baru,” ujar Escutia.

Ekosistem bersalju terbentuk setelah periode Eosen ditandai dengan tingginya jumlah plankton di musim semi dan musim panas, yang memicu hewan pemakan plankton seperti paus berdatangan untuk memangsa plankton.

“Tingginya jumlah dinoflagelata yang beradaptasi dengan lapisan es membuktikan terjadinya perubahan rantai makanan di Samudra Antartika,” ujar peneliti Jörg Pross, seorang ahli paleoklimatologi dari Universitas Goethe di Jerman, dalam sebuah pernyataan. “Data yang kami miliki menunjukkan, perubahan ini kemungkinan memicu evolusi paus bailin dan penguin.

Oleh: Stephanie Pappas, Penulis Senior LiveScience

Tidak ada komentar:

Posting Komentar