Jumat, 17 Mei 2013

Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan



Beberapa waktu yang lalu kita dapat melihat di dalam media massa bahwa banyak kelompok-kelompok religius yang sering kita sebut kelompok “Sesat”. Dimana hal itu merupakan suatu bentuk dari perkembangan pemikiran Tuhan yang semakin berkembang. Kata Tuhan merujuk kepada suatu zat abadi dan supranatural, biasanya dikatakan mengawasi dan memerintah manusia dan alam semesta atau jagat raya. Hal ini bisa juga digunakan untuk merujuk kepada beberapa konsep-konsep yang mirip dengan ini misalkan sebuah bentuk energi atau kesadaran yang merasuki seluruh alam semesta, di mana keberadaan-Nya membuat alam semesta ada; sumber segala yang ada; kebajikan yang terbaik dan tertinggi dalam semua makhluk hidup; atau apapun yang tak bisa dimengerti atau dijelaskan. Banyak tafsir daripada nama “Tuhan” ini yang bertentangan satu sama lain. Meskipun kepercayaan akan Tuhan ada dalam semua kebudayaan dan peradaban, tetapi definisinya lain-lain. 


Pada mulanya Tuhan ditasbihkan sebagai representasi arwah nenek moyang. Dimana pada zaman pra sejarah, orang yang mati arwahnya akan abadi untuk mendampingi orang yang yang masih hidup. Dari perkembangan dinamisme ini, maka munculah animisme sebagai bentuk dari perkembangan yang pesat ini. Zaman Mesir kuno, Babylonia, Yunani kuno, dsb. Mengenal banyak sekali dewa yang menguasai elemen-elemen yang sangat bermanfaat bagi manusia. Sebagai contoh dewa Amun Ra, dewa tertinggi pada kepercayaan masyarakat mesir kuno ini menguasai matahari. Zeus, dewa tertinggi Yunani kuno ini, menguasai petir. Jada banyak sekali timbul kepercayaan-kepercayaan yang akhirnya mengerucut kepada monotheisme.

Agama Kristen di dalam Alkitab dinisbahkan kepada Abraham (Nabi Ibrahim), yang meninggalkan Ur dan akhirnya menetap di Kanaan pada suatu masa antara abad kedua puluh dan kesembilan belas SM. Kita tak memiliki riwayat kontemporer tentang Abraham, tetapi para peneliti menduga bahwa Abraham mungkin sekali merupakan salah seorang pemimpin kafilah pengembara yang membawa rakyatnya dari Mesopotamia menuju Laut Tengah pada akhir milenium ketiga SM. Para pengembara ini—sebagian dari mereka disebut Abiru, Apiru, dan Habiru dalam sumber-sumber Mesopotamia dan Mesir—berbicara dalam bahasa Semitik Barat, yang mana bahasa Ibrani adalah salah satunya. Mereka bukanlah kaum nomad padang pasir yang reguler sebagaimana orang Badui yang berimigrasi bersama ternak-ternak mereka sesuai pergantian musim. Mereka lebih sulit diklasifikasikan dan sering terlibat konflik dengan autoritas-autoritas konservatif. Status kultural mereka biasanya lebih tinggi dibanding penduduk padang pasir itu. Sebagian bekerja sebagai tentara bayaran, pegawai pemerin-tah, ada yang menjadi pedagang, pelayan, atau tukang besi. Sebagian di antara mereka menjadi kaya raya dan kemudian berupaya mem-punyai tanah dan bermukim menetap. Kisah-kisah tentang Abraham di dalam kitab Kejadian menceritakan bahwa dia bekerja pada Raja Sodom sebagai prajurit bayaran dan bahwa dia sering berkonflik dengan autoritas Kanaan dan daerah sekitarnya. Pada akhirnya, ketika istrinya, Sara, meninggal, Abraham membeli tanah di Hebron, yang sekarang terletak di Tepi Barat. Kisah dalam kitab Kejadian tentang Abraham dan anak keturun-annya mengindikasikan adanya tiga gelombang kedatangan orang Ibrani di Kanaan, kawasan Israel pada era modern. Salah satunya terkait dengan Abraham d n Hebron, terjadi sekitar 1850 SM. Gelombang kedua berkaitan dengan cucu Abraham, Yakub, yang diganti namanya menjadi Israel (“Semoga Tuhan menunjukkan kekuasaannya”); dia menetap di Sikhem, yang sekarang menjadi kota Arab Nablus di Tepi Barat. Alkitab menceritakan kepada kita bahwa putra Yakub, yang menjadi leluhur dua belas suku keturunan Israel, beremigrasi ke Mesir selama musim paceklik yang hebat di Kanaan. Gelombang ketiga pemukiman Ibrani terjadi sekitar 1200 SM ketika suku-suku yang mengaku keturunan Abraham tiba di Kanaan dari Mesir. Mereka mengatakan bahwa mereka telah dijadikan budak oleh orang Mesir, tetapi dimerdekakan oleh suatu ilah bernam a Yahweh, yang juga merupakan tuhan pemimpin mereka, Musa. Setelah mendesak masuk ke Kanaan, mereka beraliansi dengan orang Ibrani yang ada di sana dan kemudian disebut sebagai orang Israel. Alkitab membuat jelas bahwa orang-orang yang kita kenal sebagai bangsa Israel kuno merupakan konfederasi berbagai kelompok etnis, yang secara m endasar disatukan oleh kesetiaan mereka k e p a d a Yahweh, Tuhan Musa. Akan tetapi, kisah biblikal itu ditulis beberapa abad setelahnya, sekitar abad kedelapan SM, meskipun jelas disandar-kan pada sumber-sumber narasi yang lebih awal.

Awal abad kesembilan, beberapa sarjana biblikal Jerman mengembangkan metode kritis yang menguraikan empat sumber berbeda dalam lima kitab pertama Alkitab: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Ini kemudian dikumpulkan menjadi sebuah naskah akhir yang kita kenal sebagai Lima Kitab Musa (Pentateukh) pada abad kelima SM. Bentuk kritisisme semacam ini telah mendapat banyak perlakuan keras, namun tak ada seorang pun yang mampu menciptakan teori yang lebih memuaskan untuk menjelaskan mengapa terdapat kisah yang cukup berbeda tentang peristiwa-peristiwa biblikal penting, seperti Penciptaan dan Air Bah, dan mengapa kadangkala Alkitab mengandung pertentangan dalam dirinya sendiri. Dua penulis biblikal paling awal, yang karyanya dapat ditemukan dalam kitab Kejadian dan Keluaran, kemungkinan menulis pada abad kedelapan SM, walaupun ada yang menyebut kem ungkinan penulisan di masa yang lebih awal. Salah satunya dikenal sebagai “J” karena dia menyebut nama Tuhannya dengan “Yahweh”, yang lainnya disebut “E” karena dia lebih suka meng-gunakan nama ketuhanan yang lebih formal, “Elohim”. Pada abad kedelapan, orang Israel telah membagi Kanaan menjadi wilayah dalam dua kerajaan terpisah. J menulis di Kerajaan Yehuda di sebelah selatan, sementara E berasal dari Kerajaan Israel di sebelah utara.

Islam, sebagai agama yang tergolong muda secara historis, muncul untuk menjawab kesalah kaprahan yang terjadi di kawasan timur tengah. Dengan Lahirnya Muhammad SAW pada 635 M, membuat suatu gebrakan terhadap ajaran agama animisme yang dianut di daratan arab. Setelah beranjak dewasa Muhammad mulai berdakawah, mengingat masih keponakan orang berpengaruh di Makkah, Muhammad masih memiliki pelindung. Ditambah lagi saat menikahi Khadijah, seorang saudagar perempuan yang sangat dihormati di Mekkah. Muhammad mulai berdakwah dari orang-orang terdekat. Hingga tanpa disangka perekembangan jumlah kelompok Muhammad ini semakin pesat. Dengan doktrin toleransi dan kelembutan yang diajarkan oleh Muhammad, umat Isalam yang telah melampaui ‘Hijarh’ atau pindah ke tanah milik mereka sendiri ke daerah yang yang bernama Madinah. Muhammad mampu membuat suatu masyarakat yang sangat baik sepanjang masa. Bahkan sekarang negara-negara di dunia memakai Masyarakat Madani sebagai patokan untuk menilai keberhasilan dalam segi kehidupan bermsyarakat.

Tentu hal ini tidak lepas dari ajaran-ajaran nenek moyang Muhammad yang telah menyebarkan agama yang sejenis. Seperti Ibrahim, Nuh, dsb. Secara historis tidak bisa kita namakan agama Ibrahim dan Nuh adalah agama islam. Mengingta tidak ada bukti sejarah yang ada. Selain itu Isalam selalu indentik dengan Muhammad dan Al Qur’an. Agama Islam ini, hanya mengenal monotheisme, atau Keesaan Tuhan. Umat Islam percaya bahwa Tuhan atau Allah SWT yang sering kita sebut, berkomunikasi dengan Muhammad. Mengingat Al Qur’an di turunkan ayat demi ayat, bukan seperti taurat yang diturunkan secara utuh di Gunung Sinai. Hal ini membuktikan bahwa Islam merupakan agama yang harus memperbaiki warisan-warisan nenek moyang Muhammad. yang mungkin memiliki kelemahan.

Dalam hal ini, Sejarah pemikiran manusia tentang tuhan terbagi atas 2, yaitu menurut pemikiran barat dan menurut pemikiran Islam

Menurut Pemikiran Barat atau manusia primitive
                 
Proses perkembangan pemikiran manusia tentang tuhan menurut teori evolusionisme adalah sebagai berikut :

1.       Dinamisme
Paham ini mengaku adanya kekuatan (maging power) yang berpengaruh dalam kehidupan manusia, kekuatan ini terbentuk dalam kepercayaan hayati yang ditunjukkan pada benda-benda (dianggap keramat).

2.       Animisme
Paham ini mempercayai adanya peranan roh dalam kehidupan manusia, roh dianggap selalu aktif walaupun sudah mati. Paham ini membagi roh atas dua yaitu roh baik dan roh jahat (nakal).

3.       Politeisme
Paham ini mempercayai dan menganggap banyak dewa sebagai Tuhan sehingga dewa tersebut dipuja dan disembah oleh manusia.

4.       Henoteisme 
Dari banyak dewa, selanjutnya manusia menyeleksi satu dewa yang dianggap mempunyai kekuatan lebih yang kemudian mereka anggap sebagai Tuhan.

5.       Monoteisme 
Paham ini menyertakan satu Tuhan untuk seluruh rakyat.

Menurut Pemikiran Umat Islam

Islam mengawali pengenalan tentang Tuhan bersumber pada tauhid, dalam Islam terdapat beberapa aliran yang bersifat liberal, tradisional dan ada pula yang bersifat diantara keduanya, corak pemikiran ini telah mewarnai sejarah pemikiran tentang ilmu ketuhanan (ilmu tauhid) yang masing-masing berlainan pandangan tentang Tuhan, diantara aliran tersebut yaitu (Nasution 1985 : 51-52) :

1.       Mu’tazilah 
Kaum rasionalisme yang menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam, paham ini menghasilkan kemajuan dibidang ilmu pengetahuan.

2.       Qadariah
Paham ini berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan dalam kehendak dan berusaha.

3.       Jabariah
Paham ini berteori bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan untuk berkehendak dan berbuat, Tuhan ikut di dalamnya bila manusia berbuat.

4.       Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah
Paham ini berteori bahwa manusia memiliki kebebasan dalam kehendak dan usaha, namun Tuhan jugalah yang menentukan.


Referensi : 
Amstrong, Karen (1993) A History of God: The 4,000-Year Quest of Judaism, Christianity and Islam, Ballantine Books : New York
infopendek.blogspot.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar