A.
Pendahuluan
Bahasa adalah sarana berpikir untuk
menyampaikan pesan kepada orang lain maupun untuk menerima pesan dari orang
lain. Pikiran yang disampaikan dalam pembicaaraan atau tulisan diungkapkan
melalui rangkaian kata yang terpilih dan tersusun menurut kaidah tertentu.
Bahasa sebagai simbol yang bermakna terdiri
atas satuan-satuan tertentu yang secara fungsional saling berhubungan sebagai
suatu sistem. Satuan terkecil yang mengandung makna berupa kata dan frasa
(kelompok kata), sedangkan satuan yang lebih besar yang mengandung pikiran
berupa kalimat.
Penguasaan bahasa sebagai sarana berpikir dan
berkomunikasi banyak ditentukan oleh penguasaan kaidah kalimat yang didukung
oleh kosakata yang memadai.
B. Pembahasan
1.
Pengertian kalimat
Kalimat sebagai satuan
bahasa yang lebih besar daripada kata atau frasa merupakan rangkaian kata yang
menyatakan pikiran tertentu yang secara relatif dapat berdiri sendiri, dan
intonasinya menunjukkan batas antara sesamanya.
Pikiran yang utuh pada
setiap kalimat diungkapkan pada dua bagian, yaitu subjek dan predikat.
Subjek sebagai bagian yang menjadi pokok pembicaraan dalam kalimat dijelaskan
maknanya oleh predikat.
Kalimat disusun berdasarkan unsur-unsur yang
berupa kata, frasa, dan/atau klausa. Unsur-unsur ini mempunyai fungsi dan
pengertian tertentu yang disebut bagian kalimat. Ada bagian kalimat yang dapat
dihilangkan dan adapun yang tidak. Bagian yang tidak dapat dihilangkan disebut
inti kalimat sedangkan bagian yang dapat dihilangkan bukan inti kalimat. Bagian
inti ini dapat membentuk kalimat dasar dan bagian bukan inti dapat membentuk
kalimat luas.
Contoh :
(1) Menulis ilmiah itu mudah. (2) Kemudahan menulis dapat dirasakan
oleh stiap orang yang mempelajarinya secara serius. (3) Kemudahan menulis itu
dapat dikelompokkan ke dalam tiga hal, yaitu : menetukan ide, mengorganisasi
ide, dan mengekspresikan ide tersebut dengan kalimat efektif sehingga menjadi
sebuah karangan yang utuh.
Penjelasan :
Paragraf tersebut terdiri dari tiga buah
kalimat.
ü Kalimat (1) : Berupa kata dasar terdiri atas dua bagian kalimat inti, yakni :/Menulis
ilmiah itu/mudah.
ü Kalimat (2) : Berupa kalimat luas terdiri atas
dua bagian inti dan satu bagian bukan inti, yakni : Kemudahan menulis/ dapat
dirasakan/ oleh setiap orang yang mempelajarinya secara serius/.
ü Kalimat (3) : Berupa kalimat luas terdiri atas
dua bagian inti dan dua bukan bagian inti, yakni : Kemudahan menulis itu dapat
dikelompokkan/ ke dalam tiga hal/ yaitu menentukan ide, mengorganisasi ide, dan
mengekspresikan ide tersebut menjadi sebuah karangan yang utuh.
Dari contoh diatas ditunjukkan bahwa kalimat
pertama berupa kalimat dasar, sedangkan kalimat kedua berupa kalimat luas.
Ciri-Ciri Kalimat :
1. Dalam bahasa lisan
diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Dalam bahasa tulis
diawal dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik, tanda tanya, atau tanda
seru.
2. Kalimat aktif
sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat.
3. Predikat transitif
disertai objek, predikat intransitif dapat disertai pelengkap.
4. Mengandung pikiran yang
utuh.
5. Menggunakan urutan
logis; setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi (subjek, predikat,
objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya.
6. Mengandung satuan
makna, ide, atau pesan yang jelas.
7. Dalam paragraf yang
terdiri dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun dalam satuan pikiran
yang saling berhubungan, hubungan dijalin dengan konjungsi, pronomina atau kata
ganti, repetisi, atau struktur sejajar.
2.
Bagian - bagian kalimat
Bagian inti yang harus
ada pada kalimat adalah subjek (S) dan predikat (P). Bagian inti kalimat adalah
bagian yang tak dapat dihilangkan dalam struktur kalimat. Subjek kalimat
berfungsi sebagai inti pembicaraan, sedangkan predikat berfungsi sebagai
penjelasan terhadap subjek, yang dapat dilengkapi dengan objek (O) atau
pelengkap (Pel.) dan keterangan (K).
a. Subjek dan predikat
Subjek
sebagai inti pembicaraan barulah menyatakan pikiran jika dijelaskan oleh predikat.
Hubungan antara subjek dan predikat dalam kalimat turut menetukan isi pikiran
yang dimaksud.
Berikut contoh kata-kata yang berfungsi sebagai
subjek dan predikat.
(1) Saya /sebaiknya /beristirahat /sejenak.
S
P
(2) Engkau /belajar /dengan
tekun.
S
P
(3) Kami /telah bekerja keras /selama
ini.
S P
Isi pikiran yang
terdapat pada kalimat tercermin pada hubungan antara subjek dan predikat. Tanpa
adanya subjek, pokok pembicaraan dalam setiap kalimat menjadi tidak jelas.
Sebaliknya, tanpa adanya predikat, keadaan subjek atau situasi yang meliputi
subjek tidak jelas.
b. Objek, pelengkap dan keterangan
1.
Objek dan keterangan adalah dua bagian
kalimat untuk melengkapi predikat. Hubungan antara objek (O) dan predikat (P)
ternyata lebih erat daripada hubungan antara keterangan (K) dan predikat.
Contoh :
(1) Ia /membaca /buku itu/ berkali-kali.
S P O K
(2) Kami /merayakan /hari ulang tahunnya
/kemarin
S
P O K
(3) Saya /mengunjungi /orang tuanya /di desa
itu.
S
P O K
2.
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi
informasi, mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat.
Ciri-Ciri Pelengkap :
a. Bukan unsur utama,
tetapi tanda pelengkap kalimat itu tidak jelas dan tidak lengkap informasinya.
b. Terletak di belakang
predikat yang bukan kata kerja transitif, misalnya:
·
Melengkapi struktur :
Negara
RepublikIndonesia/berdasarkan/Pancasila
S P Pel.
·
Mengkhususkan makna objek :
Ibu/membawakan/saya/oleh-oleh
S P O Pel.
3.
Keterangan menyertai predikat
kalimat bervariasi sesuai dengan fungsinya untuk melengkapi predikat. Hubungan
yang agak longgar antara keterangan dan predikat memungkinkan penempatan
keterangan dalam struktur kalimat.
Jenis-jenis keterangan
seperti berikut ini :
(1)
Ia berdiri/di tempat itu/sejak tadi.
K(tempat)
(2)
Ujian berlangsung/selama dua jam.
K(waktu)
(3)
Anak itu lulus ujian/karena rajin belajar.
K(sebab)
(4)
Orang itu terlalu sibuk bekerja/sehingga jatuh sakit.
K(akibat)
(5)
Saya melempar anjing itu/dengan batu.
K(alat)
(6)
Pemerintah melaksanakan pembangunan/untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
K(tujuan)
(7)
Semua anggota keluarga hadir/kecuali dia.
K(pembatasan)
(8)
Orang ini
berjalan/cukup cepat.
K(Keadaan)
(9)
/Meskipun hari hujan/anak
itu pergi juga ke sekolah.
K(perlawanan)
(10)
Saya bersedia datang/asal diundang.
K(syarat)
(11)
Giginya putih/bagai mutiara.
K(perbandingan)
(12)
Mereka/tentu/datang menemuimu.
K(modalitas)
(13)
Ibu/bersama tamunya/menyaksikan peristiwa itu.
K(sertaan)
3.
Jenis - jenis kalimat
a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang
hanya menyatakan satu pokok pembicaraan yang dinyatakan pada subjek (S)
kalimat. Penjelasan terhadap subjek tersebut dinyatakan pada predikat (P). Pola
umum kalimat tunggal tersebut juga sederhana, yaitu S/P, S/P/O, S/P/K, yang
dapat diubah menjadi variasi tertentu melalui pertukaran bagian-bagiannya.
Contoh :
(1)
Usahanya/berhasil.
S P
(2)
Mereka/ sedang mendiskusikan/ tugas kelompok.
S P O
(3)
Kami/menjuluki/dia/Sang Penyelamat.
S P O Pel.
(4) Para kepala negara
Asean/sedang berdiskusi/di Bali.
S P K
(5) Kami/memanfaatkan/peluang
itu/dengan baik.
S
P O
K
Kepaduan hubungan
bagian-bagian kalimat akan memperjelas kalimat sebagai pernyataan pikiran. Isi
pikiran yang dinyatakan pada setiap kalimat dapat berupa berita (kalimat
berita), pertanyaan (kalimat tanya), perintah atau larangan (kalimat perintah),
dan seruan (kalimat seru).
Contoh :
(1)
Kegiatan penelitian yang menunjang pengembangan ilmu
dan teknologi perlu mendapat perhatian yang lebih besar (kalimat berita).
(2)
Dimana kepentingan kita diletakkan? (kalimat tanya)
(3)
Kerjakanlah tugas itu dengan cermat! (kalimat
perintah)
(4)
Alangkah mulianya hati orang itu !
(kalimat seru)
b. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuksetara adalah kalimat
majemuk yang terbentuk dari penggabungan beberapa kalimat tunggal yang setara
kedudukannya dan menyatakan peristiwa-peristiwa yang terjadi secara
berturut-turut atau dalam waktu yang bersamaan. Hubungan koordinatif antara
kalimat yang satu dan bagian kalimat yang lain yang setara itu akan terlihat
pada penggunaan kata sambung (kata penghubung) sebagai koordinator dalam struktur
kalimat majemuk. Penggabungan kalimat-kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk
setara dapat menunjukkan hubungan gabungan, bertentangan, pilihan, dan urutan.
® Hubungan setara gabungan dengan menggunakan kata
sambung dan, serta, dll.
Contoh : Dosen
menerangkan kalimat majemuk dan mahasiswa mendengarkan dengan cermat.
®
Hubungan yang bertentangan
dengan menggunakan kata sambung tetapi, melainkan, dan sedangkan.
Contoh : Tingkah lakunya yang
buruk itu tidak saja merugikan dirinya, tetapi juga merugikan keluarganya.
®
Hubungan yang menyatakan
pilihan dengan menggunakan kata sambung atau.
Contoh : Kita menyelesaikan pekerjaan itu dengan segera atau menyerahkan kepada
orang lain.
®
Hubungan urutan dengan
menggunakan kata sambung lalu, kemudian.
Contoh : Ia pulang lalu pergi menjenguk anaknya.
c. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk
bertingkat adalah kalimat majemuk yang terbentuk dari sebuah
kalimat tunggal yang salah satu bagiannya mengalami perluasan atau penggantian
dengan kalimat lain. Hubungan bagian kalimat yang satu dengan bagian kalimat
yang lain dalam suatu struktur kalimat majemuk tidak sama atau bertingkat.
Bagian yang lebih tinggi kedudukannya disebut induk kalimat (klausa utama),
sedangkan bagian yang lebih rendah kedudukannya disebut anak kalimat (klausa
sematan).
Jenis-Jenis Perluasan
Kalimat :
a.
Perluasan kalimat melalui hubungan waktu dengan
menggunakan kata sambung ketika, sewaktu, selama, sementara.
Contoh :
Ia berhasil mengembangkan pabriknya setelah memperoleh pinjaman
modal dari bank.
b.
Perluasan kalimat melalui hubungan syarat dengan
menggunakan kata sambung jika, kalau, jikalau, asal (kan), bila, manakala.
Contoh :
Saya akan bekerja dengan tekunbila berhasil diterima sebagai pegawai di
kantor itu.
Induk kalimat anak
kalimat (pengganti keterangan syarat)
c.
Perluasan kalimat melalui hubungan pengandaian dengan menggunakan
kata sambung seandainya dan sekiranya.
Contoh :
Seandainya usul-usul yang diajukannya itu diterima oleh pengurus, tentu programkerja organisasi bisa terlaksana
dengan baik.
d.
Perluasan kalimat melalui hungan tujuan dengan
menggunakan kata sambung agar dan supaya.
Contoh :
Engkau harus belajar dengan sungguh-sungguhagar dapat mencapai indeks
prestasi yang tinggi.
Induk kalimat anak kalimat(pengganti
keterangan tujuan)
e.
Perluasan kalimat melalui hubungan perlawanan
(konsesif) dengan menggunakan kata sambung meskipun, walaupun, sungguhpun, dan
biarpun.
Contoh :
Meskipun hari hujan, anak itu pergi juga ke sekolah.
Anak kalimat Induk
kalimat
f.
Perluasan kalimat melalui hubungan kemiripan atau
perbandingan dengan menggunakan kata sambung seperti, laksana, dan sebagaimana.
Contoh :
Wajah gadis itu cantik dan menawanlaksana bulan purnama.
Induk kalimat anak
kalimat
g.
Perluasan kalimat melalui hubungan sebab dengan
menggunakan kata sambung sebab dan karena.
Contoh :
Pekerja itu tidak dapat merampungkan pekerjaannyasebab seminggu ia
sakit.
Induk
kalimat anak
kalimat
h.
Perluasan kalimat melalui hubungan akibat dengan
menggunakan kata sambung hingga, sehingga, sampai.
Contoh :
Ayah bekerja terlalu kerassehingga jatuh sakit.
Induk kalimat Anak
kalimat
i.
Perluasan kalimat melalui hubungan penjelasan atau
penegasan dengan menggunakan kata sambung bahwa.
Contoh :
Ia baru sadarbahwa pendidikan itu sangat penting bagi masa depan
anak-anaknya.
Induk
kal. Anak kalimat
(pengganti keterangan penegasan)
j.
Perluasan kalimat melalui hubungan cara atau alat
dengan menggunakan kata sambung dengan.
Contoh :
Polisi menyelidiki peristiwa kejahatan tersebutdengan menyamar sebagai
buruh pabrik.
Induk kalimat Anak kalimat(pengganti keterangan
cara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar