A.
Pengertian dan Karakteristik Bahasa Ragam Ilmiah
Bahasa
Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang digunakan
dalam pertemuan dan penulisan karya ilmiah. Sebagai bahasa yang digunakan untuk
memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori, atau gabungan dari keempatnya, bahasa
Indonesia diharapkan dapat menjadi media yang efektif untuk komunikasi ilmiah,
baik secara tertulis maupun secara lisan. Selanjutnya, bahasa Indonesia ragam
ilmiah memiliki karakteristik cendikia, lugas dan jelas, menghindari kalimat
fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat,
dan konsisten.
1. Cendekia
Bahasa Indonesia ragam ilmiah bersifat
cendekia. Artinya, bahasa ilmiah itu mampu digunakan secara tepat untuk
mengungkapkan hasil berpikir logis. Bahasa yang cendekia mampu membentuk
pernyataan yang tepat dan seksama sehingga gagasan yang disampaikan penulis
dapat diterima secara tepat oleh pembaca. Kalimat-kalimat yang digunakan
mencerminkan ketelitian yang objektif sehingga suku-suku kalimatnya mirip
dengan proposisi logika. Karena itu, apabila sebuah kalimat digunakan untuk
mengungkapkan dua buah gagasan yang memiliki hubungan kausalitas, dua gagasan
beserta hubungannya itu harus tampak secara jelas dalam kalimat yang
mewadahinya.
Perhatikan contoh kalimat
cendekia di bawah ini!
(1) Kemajuan informasi pada era globalisasi ini dikhawatirkan akan terjadi
pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama pengaruh budaya barat
yang masuk ke negara Indonesia yang dimungkinkan tidak sesuai dengan
nilai-nilai budaya dan moral bangsa Indonesia.
(2) Pada era globalisasi informasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran
nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama karena pengaruh budaya barat yang
masuk ke Indonesia.
2
|
(3)
(4)
pemaparan
paparan
pembuatan
buatan
pembahasan bahasan
pemerian
perian
Kata-kata pada contoh (3)
menggambarkan suatu proses, sedangkan contoh (4) menggambarkan suatu hasil.
Dalam pemakaian bahasa ilmiah, penggunaan kedua jenis bentukan kata tersebut
perlu dilakukan secara cermat. Kalau paparan itu mengacu pada proses,
kata-kata yang cocok adalah kata-kata pada contoh (3), tetapi kalau paparan itu
mengacu pada hasil, kata·kata yang cocok adalah kata-kata pada contoh (4).
(5) Karena sulit, maka pengambilan data dilakukan
secara tidak langsung. Menurut para ahli psikologi bahwa korteks adalah
pusat otak yang paling rumit.
(6) Karena sulit, pengambilan data dilakukan secara tidak
langsung. Menurut para ahli psikologi korteks adalah pusat otak yang paling
rumit.
Kecendekiaan
juga berhubungan dengan kecermatan memilih kata. Suatu kata dipilih secara
cermat apabila kata itu tidak mubazir, tidak rancu, dan bersifat idiomatis.
Pilihan kata maka dan bahwa pada contoh (5) termasuk mubazir.
Oleh sebab itu, kata tersebut perlu dihilangkan sebagaimana contoh(6).
(7) Meskipun sudah diuraikan, namun paparannya belum jelas .
Meskipun sudah diuraikan, papararnya belum jelas .
Paparannya sudah diuraikan, namun belum jelas.
(8) Mulai sejak penentuan masalah penelitian itu tidak jelas arahnya.
Mulai
penentuan masalah, penelitian
itu tidak jelas arahnya.
Sejak
penentuan masalah, penelitian
itu tidak jelas arahnya.
Kerancuan
pilihan kata dalam artikel ilmiah perlu dihindari. Kerancuan
pilihan kata pada umumnya terjadi karena dua struktur kalimat yang
digabung menjadi satu. Untuk membetulkannya perlu dikembalikan pada
struktur asal. Pilihan kata meskipun dan namun serta mulai
dan sejak pada contoh (7) rancu. Untuk itu, perlu dikembalikan pada
struktur asal sebagaimana contoh (8).
3
|
Hubungan rumusan masalah dengan
simpulan tidak cocok.
(10) Peneliti terdiri atas orang·orang yang mewakili lembaga.
Hubungan rumusan masalah dan
simpulan tidak cocok.
Kata-kata
yang barsifat idiomatis perlu dipilih secara cermat. Pilihan kata idiomatis
yang tidak cermat tampak pada contoh (9) terdiri dan dengan.
Pilihan kata yang cermat tampak pada contoh (10).
2. Lugas dan Jelas
Sifat
lugas dan jelas dimaknai bahwa bahasa Indonesia mampu menyampaikan gagasan
ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan diungkapkan secara
langsung sehingga makna yang ditimbulkan adalah makna lugas. Pemaparan bahasa
Indonesia yang lugas akan menghindari kesalahpahaman dan kesalahan menafsirkan
isi kalimat. Penulisan yang bernada sastra pun perlu dihindari. Gagasan akan
mudah dipahami apabila dituangkan dalam bahasa yang jelas dan hubungan antara
gagasan yang satu dengan yang lain juga jelas. Kalimat yang tidak jelas umumnya
akan muncul pada kalimat yang sangat panjang.
Perhatikan contoh kalimat
lugas di bawah ini!
(1) Para pendidik yang kadangkala atau bahkan sering
kena getahnya oleh ulah sebagian, anak-anak mempunyai tugas yang
tidak bisa dikatakan ringan.
(2) Para pendidik yang kadang-kadang atau bahkan
sering terkena akibat ulah sebagian anak-anak mempunyai tugas
yang berat.
Kalimat
(1) bermakna tidak lugas. Hal itu tampak pada pilihan kata kena
getahnya dan tidak bisa dikatakan ringan.Kedua ungkapan itu tidak
mampu mengungkapkan gagasan secara lugas.Kedua ungkapan itu dapat diganti terkena
akibat dan berat yang memiliki makna langsung, separti kalimat (2).
Perhatikan
contoh kalimat jelas berikut!
(3) Penanaman moral di sekolah sebenarnya
merupakan kelanjutan dari penanaman moral di rumah yang dilakukan melalui
mata pelajaran Pendidikan Moral Paneasila yang merupakan mata pelajaran paling
strategis karena langsung menyangkut tentang moral Paneasila, juga
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran-mata pelajaran Agama, IPS, Sejarah,
PSPB, dan Kesenian.
4
|
Contoh
(3) tidak mampu mengungkapkan gagasan secara jelas, antara lain karena kalimat
terlalu panjang. Kalimat yang panjang itu manyebabkan kaburnya hubungan
antargagasan yang disampaikan. Hal itu berbeda dengan contoh (4),
kalimat-kalimatnya pendek sehingga mampu mengungkapkan gagasan secara jelas.
Ini tidak berarti bahwa dalam menulis artikel ilmiah tidak dibenarkan membuat kalimat
panjang.Kalimat panjang boleh digunakan asalkan penulis cermat dalam menyusun
kalimat sehingga hubungan antargagasan dapat diikuti secara jelas.
Untuk
membentuk kalimat yang memiliki gagasan yang jelas diperlukan kiat
khusus. Gagasan yang akan dituangkan ditata secara sistematis. Dengan
tataan itu dapat ditentukan apakah sebuah gagasan dituangkan dalam sebuah
kalimat atau dalam sejumlah kalimat. Jika gagasan itu cukup dituangkan dalam
sebuah kalimat, tidak perlu gagasan itu dituangkan dalam sejumlah
kalimat.Sebaliknya, apabila sebuah gagasan tidak cukup diungkap dalam sebuah
kalimat, jangan dipaksa diungkap dalam sebuah kalimat. Kalimat (3) berisi
gagasan yang tidak dapat diungkap dalam sebuah kalimat. Untuk itu, kalimat (3)
perlu dipecah sebagaimana tertera pada kalimat (4).
(5) Pendidikan teknologi perlu dimulai dan
digalakkan untuk segenap lapisan masyarakat. Sehingga masyarakat tidak buta
teknologi, termasuk di dalamnya teknologi mutakhir.
(6) Pendidikan teknologi perlu dimulai dan digalakkan
untuk seganap lapisan masyarakat sehingga masyarakat tidak buta teknologi,
termasuk di dalamnya teknologi mutakhir.
Contoh
(5) berikut merupakan contoh pengungkapan gagasan yang salah. Gagasan
pada contoh (5) seharusnya diungkap sebagaimana contoh (6).
3. Menghindari Kalimat Fragmentaris
Bahasa
Indonesia ragam ilmiah juga menghindari penggunaan kalimat fragmentaris. Kalimat
fragmentaris adalah kalimat yang belum selesai. Kalimat terjadi antara lain
karena adannya keinginan penulis menggunakan gagasan dalam beberapa kalimat
tanpa menyadari kesatuan gagasan yang diungkapkan.
Perhatikan
contoh kalimat fragmentaris di bawah ini!
(1)
5
|
Harap dilaksanakan sebaik-baiknya
(Kalimat Fragmentaris)
(2) Tugas tersebut harap dilaksanakan sebaik-baiknya
(Kalimat Lengkap)
4. Bertolak dari Gagasan
Bahasa
ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Bahasa Indonesia ragam ilmiah
mempunyai sifat bertolak dari gagasan. Artinya, penonjolan diadakan pada
gagasan atau hal yang diungkapkan dan tidak pada penulis. Implikasinya,
kalimat-kalimat yang digunakan didominasi oleh kalimat pasif sehingga kalimat
aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari.
Perhatikan
contoh kalimat bertolak dari gagasan di bawah ini!
(1) Dari uraian tadi penulis dapat menyimpulkan bahwa
menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting.
(2) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting.
Contoh
kalimat (1) beroriantasi pada penulis. Hal itu tampak pada pemilihan kata
penulis (yang menjadi sentral) pada kalimat tersebut. Contoh (2) berorientasi
pada gagasan dengan menyembunyikan kehadiran penulis. Untuk menghindari
hadirnya pelaku dalam paparan, disarankan menggunakan kalimat pasif. Orientasi
pelaku yang bukan penulis yang tidak berorientasi pada gagasan juga perlu
dihindari. Oleh sebab itu, paparan yang melibatkan pembaca dalam
kalimat perlu dihindari.
Perhatikan
contoh kalimat di bawah ini!
(3) Kita tahu bahwa pendidikan di lingkungan keluarga
sangat penting dalam pananaman moral Pancasila.
(4) Perlu diketahui bahwa pandidikan di lingkungan
keluarga sangat penting dalam pananaman moral Pancasila.
Contoh
(3) merupakan penyempurnaan dari contoh (4) yang berorientasi pada pelaku bukan
penulis. Dari Contoh-contoh di atas, bukan berarti bahwa kalimat aktif tidak
boleh digunakan dalam karangan ilmiah. Kalimat aktif yang berorientasi pada
gagasan dapat digunakan sebagaimana contoh berikut.
(5) Soedjito (1998) menyatakan bahwa yang paling
berpengaruh pada mutu proses balajar mengajar adalah sistem penilaian.
(6) Perkembangan teknologi komputer berjalan sangat cepat.
5. Formal
6
|
Perhatikan
contoh di bawah ini!
(1) Kata
Formal (2) Kata Informal
Berkata Bilang
Membuat Bikin
Membuat Bikin
Hanya
Cuma
Memberi
Kasi
Bagi
Buat
Daripada
Ketimbang
6. Objektif
Bahasa
ilmiah barsifat objektif. Untuk itu, upaya yang dapat ditempuh adalah
menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak pengembangan kalimat dan menggunakan
kata dan struktur kalimat yang mampu menyampaikan gagasan secara objektif.
Terwujudnya sifat objektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan
sebagai pangkal tolak. Sifat objektif juga diwujudkan dalam panggunaan kata.
Kata-kata yang menunjukkan sifat subjektif tidak digunakan.
Perhatikan
contoh kalimat objektif berikut ini !
(1) Contoh-Contoh itu telah memberikan bukti betapa
besarnya peranan orang tua dalam pembentukan kepribadian anak. Dari paparan
tersebut kiranya dapat disimpulkan sebagai berikut.
(2) Contoh-Contoh itu telah memberikan bukti besarnya
peranan oraug tua dalam pembentukan kepribadian anak. Dari paparan tersebut
dapat disimpulkan sebagai berikut.
Hadirnya
kata betapa dan kiranya pada contoh (1) menimbulkan sifat
subjektif. Berbeda dengan contoh (2) yang tidak mengandung unsur
subjektif.
(3) Abstrak artikel harus ditulis dalam sebuah
paragraf. Penelitian pasti diawali adanya masalah.
7
|
Kata-kata
yang menunjukkan sikap ekstrim dapat memberi kesan subjektif dan emosional.
Kata-kata seperti harus, wajib, tidak mungkin tidak, pasti, dan selalu
perlu dihindari. Penulisan kalimat (3) berikut perlu dihindari
karena barsifat subjektif/emosional. Penulisan kalimat yang tidak
subjektif tampak pada contoh (4).
7. Ringkas dan Padat
Sifat
ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang
mubazir. Itu berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang hemat. Ciri padat
merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur bahasa.
Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai dengan unsur bahasa yang
terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi. Keringkasan dan
kepadatan penggunaan bahasa tulis ilmiah juga ditandai dengan tidak adanya
kalimat atau paragraf yang berlebihan dalam tulisan ilmiah.
Perhatikan contoh kalimat ringkas
dan padat berikut ini !
(1) Nilai etis di atas menjadi pedoman bagi setiap
warga negara Indonesia.
(2) Nilai etis sebagaimana tersebut pada paparan di atas menjadi
pedoman dan dasar pegangan hidup dan kehidupan bagi setiap warg/a negara
Indonesia.
Contoh (1)
berikut termasuk bahasa ilmiah yang ringkas/padat, sedangkan contoh (2)
adalah bahasa yang tidak ringkas. Hadirnya kata sebagaimana tersebut pada
paparan dan kata dan dasar pegangan hidup dan kehidupan pada kalimat
(2) tidak memberi tambahan makna yang berarti.Dengan demikian,
hadirnya kata-kata tersebut mubazir.
(3) Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pengawas Keuangan
dan Pembangunan (BPKP) terungkap bahwa proyek itu telah dilaksanakan sesuai
dengan aturan yang berlaku. Jadi, tidak ada pelaksanaan proyek yang
menyalahi aturan.Artinya, pelaksanaan proyek itu sudah benar.Isu negatif
yang selama ini berkembang tidak benar.
(4) Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pengawas Keuangan
dan Pembangunan (BPKP) terungkap bahwa proyek itu telah dilaksanakan sesuai
dengan aturan yang berlaku. Isu nagatif yang selama ini berkembang tidak
benar.
8
|
8. Konsisten
Unsur bahasa dan ejaan dalam
bahasa tulis ilmiah digunakan secara konsisten. Sekali sebuah unsur bahasa,
tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah digunakan sesuai dengan kaidah,
itu semua selanjutnya digunakan secara konsisten. Sebagai contoh, kata tugas untuk
digunakan untuk mengantarkan tujuan dan kata tugas bagi mengantarkan objek
(Suparno, 1998). Selain itu, apabila pada bagian awal uraian telah terdapat
singkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama), pada uraian selanjutnya digunakan
singkatan SMP tersebut.
Perhatikan contoh kalimat
konsisten berikut ini !
(1) Untuk mengatasi penumpang yang melimpah menjelang dan
usai lebaran, pengusaha angkutan dihimbau mengoperasikan, semua kendaraan
ekstra.
Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagimuslim Bosnia. Bagi mereka yang penting adalah pencabutan embargo persenjataan.
Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagimuslim Bosnia. Bagi mereka yang penting adalah pencabutan embargo persenjataan.
(2) Untuk penumpang yang melimpah menjelang dan usai
lebaran, telah disiapkan kendaraan yang eukup. Pengusaha angkutan dihimbau
mengoperasikan semua kendaraan ekstra. Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu
tidak penting bagi muslim Bosnia. Untuk mereka yang penting
adalah peneabutan embargo persenjataan.
Contoh
(2) tidak konsisten dengan kaidah yang berlaku. Sementara itu, 9contoh
yang konsisten adalah contoh (1).
B.
Ragam Bahasa Indonesia Pidato Ilmiah (Presentasi Ilmiah)
Ragam pidato ilmiah terdiri atas
beberapa jenis, antara lain: presentasi makalah ilmiah, presentasi skripsi,
presentasi tesis, presentasi disertasi dan pidato pengukuhan guru besar. Penulisan
makalah ilmiah dilanjutkan dengan presentasi, diskusi dan tanya jawab. Adapun
penulisan skripsi, tesis dan disertasi dilanjutkan dengan presentasi,
pertanyaan ujian, dan diakhiri dengan penentuan kelulusan.
9
|
a.
Etika ilmiah, makdsunya bahwa
seseorang presenter ilmiah (1) harus menggunakan ragam bahasa ilmiah, (2)
penalaran ilmiah, (3) bersikap obejktif, (4) menggunakan kalimat yang terukur
kebenarannya, (5) mematuhi aturan formal presentasi, (6) mempresentasikan
seluruh materi (secara singkat) sesuai dengan waktu yang ditentukan, (7)
mengutip konsep, data, dan pendapat dengan menyebutkan sumbernya, (8) mengutip
data yang relevan dengan pembuktian, (9) tidak mempresentasikan masteri di luar
bahasa karya ilmiah, (10) dapat menjawab pertanyaan pendengar atau penguji atas
bahasa materi, konsep, data, kata, istilah, penalaran, pembuktian, konsekuensi
logis dari karya ilmiahnya, (11) mencermati setiap respon pendengar (penguji).
b.
Ketentuan lembaga (universitas),
yaitu (1) mengikuti format penulisan sesuai dengan ketentuan lembaga atau
universitas, (2) mengikuti produser (aturan) yang berlaku pada lembaga atau
universitas, (3) mengikuti sistem yang berlaku pada lembaga atau universitas.
c.
Kemampuan personal, yakni, (1)
bersikap simpatik, sopan dan hormat kepada pendengar (penguji), (2) bersikap
santun dalam setiap tutur kata, tidak menunjukkan kemampuan diri berlebiha, (3)
menghindari subjektivitas dengan menggunakan akau, saya rasa, saya pikir, dan
lain-lain. Sebaiknya seseorang presenter menggunakan kata pengalaman membuktikan
..., uji coba menunjukkan, dan lain-lain, (4) berpakaian sopan, (5) menunjukkan
sikap positif, serius, cermat, dan percaya diri.
d.
Kemampuan teknis, yakni (1)
menganalisis data primer dan sekundewr, baik kualitatif maupaun kuantitatif,
(2) mengaplikasikan penggunaan pustaka, (3) melengkapi pembuktian (sumber)
teori, (4) menggunakan saran visual seperti, LCD, OHP, peraga, dan data
(dokumen), (5) memvisualkan data pendukung gambar, grafik, atau data lain yang
relevan.
Ketika melakukan presentasi ilmiah, presenter
juga dituntut untuk berusaha sekiuat tenaga agar bahasa Indonesia ilmiah
sebagaimana yang dikemukakan di atas. Sementara itu, beberapa fasilitas dalam
penggunaan bahasa lisan tetap dapat dimanfaatkan, misalnya adanya kesempatan
untuk mengulang-ulang, menekankan dengan menggunakan intonasi, jeda, dan unsur
intonasi lainnya.
Contoh pidato presentasi skipsi:
10
|
Perkenanakan saya memaparkan skripsi
saya secara ringkas!
Skripsi ini berjudul “Pengaruh
Penjualan Saham terhadap Laba Usaha pada PT BNI Cabang Makassar tahun 2007”.
Skripsi ini memasahkan bagaimana pengaruh penjualana saham terhadap laba usaha
pada perusahaan tersebut sejak 1 Juli hingga 31 Desember 2007. Penjualan saham
merupakan variabel bebas dan laba usaha merupakan variabel terikat.
Kajian teoritik bersumber pada data
sekunder yang diperoleh melalui buku, jurnal, ensiklopedia, website, dan
beberapa laporan penelitian dalam bahasan yang sejalan dengan topik ini. Kajian
ini menggunakan sumber data yang diterbitkan pada tahuan 2006-2007. Kajian ini
dideskripsikan dalam Bab II Deskripsi Teori.
Berdasarkan kajian teoritik tersebut
dilakukan pengumpulan data di lapangan,
yaitu kantor PT BNI Cabang Makassar dan di kantor-kantor cabang pembantu
lainnya untuk mendapatkan data prmier. Data ini dikumpulkan sejak tanggal 1 juli sampai dengan 31 Desember 2007. Data
ini diperoleh melalui observasi, angket, wawancara, dan melalui website. Data ini dideskripsikan dalam Bab V Deskripsi
Data, Analisis, dan Hasil Analisis Data. Selanjutnya, data ini dianalisis
secara deskriptif. Hasil analisis menunjukkan bahawa penjualan saham terhadap laba usaha memenngaruhi secara
signifikan. Sebagai kesimpulan bahwa penjualan saham berpengaruh secara positif
terhadap laba usaha.
C.
Ragam Ilmiah dalam Menulis Akademik
Menggunaan
bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam menulis dan presentasi ilmiah berarti
memanfaatkan potensi bahasa Indonesia untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori atau
gabungan dari keempat hal tersebut, serta hasil penelitian secara tertulis dan
lisan. Itu berarti bahwa pada saat menulis tulisan ilmiah, penulis harus
berusaha keras agar bahasa Indonesia yang digunakan benar-benar menunjukkan
sifat yang cendekia, lugas dan jelas, mengindari kalimat yang fragmentasi,
bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten.
Sifat-sifat bahasa Indonesia yang demikian ditampakkan pada pilihan kata,
pengembangan kalimat, pengembangan paragraf, kecermatan dalam menggunakan
ejaan, dan aspek-aspek lainnya.
11
|
Ciri-ciri penggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah
dalam penulisan karya ilmiah sebagai berikut :
1) Baku.
Sturuktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa indonesia baku,
baik mengenai struktur bahasa kalimat maupun kata. Demikian juga, pemilihan
kata istilah dan penulisan yang sesuai dengan kaidah ejaan.
2) Logis.
Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa indonesia ragam ilmiah dapat
diterima akal.
3) Kuantitatif.
Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti. Perhatikan
contoh di bawah ini:
4) Tepat.
Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh pemutus atau
penulis dan tidak mengandung makna ganda..
5) Denotatif
yang berlawanan dengan konotatif. Kata yang digunakan atau dipilih sesuai
dengan arti sesungguhnya dan tidak diperhatikan perasaan karena sifat ilmu yang
objektif.
6) Runtun.
Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya, baik
dalam kalimat maupun dalam alinea atau paragraf adalah seperangkat kalimat yang
mengemban satu ide atau satu pokok bahasan.
Contoh
:
Berbahasa
adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang lain,
kegiatan berbahasa baru dapat terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Di
dalam berbicara, pembicara dan lawan bicara sama-sama menyadari bahwa ada
kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya,
inpterpretasi-interpretasi lainnya terhadap tindakan lawan bicara. Setiap peserta
penutur bertanggung jawab atas tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah
kebahasaan yang dilakukan dalam interaksi lingual itu.
mkasih gan ,,, postingan bahasa-indonesia-ragam-ilmiah , yang bagus dan bermanfaat ini layaknya di share ajja ,, nih saya bantu ngeshare ,, ,, jgn lupa kunbal nya pulsagratisandroidku.blogspot.com terimakasih skali lagi gan , maju terus blog nya ,,, !
BalasHapusAssalamualaikum kak, izin menggunakan tulisan kakak untuk referensi pembuatan makalah, terimakasih
BalasHapus